Anganku seakan menari didepan
mataku. Mereka keluar dari otakku yang berisi pikiran-pikiran konyol, aneh
namun begitu indah. Termasuk pikiran tentangnya yang membuat otakku ini terasa
berat. Anganku membayangi langkahku. Terkadang mereka mengejekku, mencemoohku
saat aku terlihat menyedihkan. Mereka bertingkah layaknya seorang hakim yang
sedang menghakimi seorang terdakwa.
“Apakah aku sejelek itu??”
tanyaku.
“Kau begitu bodoh”jawabnya dengan
lagak seperti orang yang mempecundangiku.
“Apa alasanmu berkata seperti
itu?”tanyaku lagi dengan nada penuh amarah.
“Oh, kau benar-benar wanita yang
menyedihkan. Apakah kau tidak merasa bahwa kau punya segalanya?? Kau memiliki
apa yang aku tidak miliki”jawab salah seorang dari mereka.
Tidak, omong kosong apa ini. Aku
begitu tercekat saat mendengar jawabannya. Tapi, aku merasa penasaran dengan
perkataannya.
“Apa maksudmu??”tanyaku penuh
selidik.
“Kau sungguh tak menyadarinya. Kau
punya mereka, mereka yang selalu ada saat kau jatuh ataupun bahagia. Mereka siap
menghapus air matamu yang tumpah. Mereka adalah perisai bagimu. Sedangkan kami??
kami hanya punya dirimu walau kau tak pernah menyadari keberadaan kami.”jawabnya.
Mereka?? apa maksudnya? Aku pun
masih tak mengerti. Lalu, kenapa dia hanya memilikiku?? Aku akan bertanya lagi
untuk mencari tahu jawabnya.
“Mereka?? dan kalian hanya
memilikiku??”tanyaku lagi dengan wajah penuh tanda tanya.
“Kau ini benar-benar bodoh atau
tolol??”bentaknya.
Ahh, bualan macam apa ini? Kenapa
dia memarahiku? Oh, tidak.
“Mereka yang ku maksud adalah
teman,sahabat, keluarga dan tuhanmu. Semestinya kau menjadi wanita paling
bahagia. Bukannya terus menangisi masa lalumu. Kau ini hanya lah sebuah kertas
usang baginya. Lupakan dia dan lihatlah aku, lihatlah kami”. Katanya lagi.
Dadaku terasa sesak saat
mendengar jawabannya. Mereka benar, aku ini begitu bodoh. Aku memang hanyalah
kertas usang baginya. Seharusnya aku sadar, saat kita terjebak dalam masa lalu
kita akan kehilangan berjuta-juta kesempatan. Tuhan,hambamu ini terlalu lemah.
“Tatap mataku. Waktumu akan
terbuang sia-sia jika kau seperti ini. Aku mengerti kami ini tak nyata bagimu. Tapi,
apakah kau tak ingin membuat kami menjadi nyata bagimu? Percayalah, aku
menjanjikan kebahagiaan untukmu. Membuat hidupmu lebih indah bahkan bahagia”
katanya. Kali ini ucapannya begitu lembut.
Air mataku tumpah, tak terbendung
lagi. Aku menangis dengan penuh maaf didepan mereka. Ya, mereka benar. Ada hal
lain yang patut untuk dipikirkan. Anganku memang bukan sesuatu yang nyata namun
aku memiliki kesempatan untuk membuatnya menjadi nyata. Aku memiliki
teman,sahabat, keluarga dan tuhanku yang akan menjadi perantaranya.
“Maaf..maaf. Sekarang aku
mengerti apa yang harus ku lakukan. Aku berjanji padamu, pada kalian untuk
membuatnya menjadi nyata. Kalian adalah mimpiku bahkan kebahagiaanku kelak”
kataku dengan suara serak.
“Hapuslah air matamu. Berjanjilah
jika ini terakhir kalinya kau menangis karena bersedih. Kelak aku ingin melihatmu
menangis karena bahagia” jawabnya.
Ya,aku berjanji kelak aku ingin
menangis karena bahagia. Aku tidak ingin menghapus memori seseorang itu dari
pikiranku. Biarlah sekarang aku menepikannya untuk sesaat. Namun, ada satu hal
yang masih mengusikku. Jika boleh berharap apakah mereka bisa memberiku jalan
untuk kembali bersamanya suatu saat nanti??
“Ada satu hal yang masih mengusik
pikiranku. Jika aku boleh berharap apakah kau bisa memberiku jalan untuk
kembali padanya??aku sungguh ingin bertemu lagi dengannya suatu saat nanti”. Tanyaku
perlahan.
“Kau jangan salah paham dulu. Oke,
aku berjanji aku akan menepikannya. Tapi aku tak sanggup untuk menghapusnya
dari pikiranku. Aku hanya ingin suatu saat nanti aku bisa bersamanya kembali. Setidaknya
aku ingin melihat wajahnya lagi” kataku penuh harap.
Aku harus mengatakan ini padanya.
Aku tidak bisa menutupinya. Sungguh sampai saat ini pun aku masih merindukan
seseorang itu. Sekalipun aku ini hanya kertas usang atau pun seonggok sampah
tapi aku masih mengharapkannya. Dan hatiku tidak bisa memungkirinya. Aku hanya
tidak mau berbohong pada diriku sendiri, terlebih pada anganku ini.
“Baiklah, itu hakmu. Aku sangat
mengerti perasaanmu. Aku bukanlah tuhan, aku ini hanyalah perantara yang tuhan
berikan untukmu. Aku hanyalah jalan kebahagiaan bagimu, termasuk untuk bahagia
bersamanya. Percayalah, jika kau bisa membuatku nyata, dia yang kau harap pun
bisa kembali bersamamu. Tapi jika kau kelak tak bisa bersamanya, aku yakin
tuhan akan memberimu yang lebih baik” jawabnya.
Jawabannya begitu mengena dan
membuatku terasa lega. Kali ini aku harus mengucapkan beribu-ribu terimakasih
kepadanya, kepada mereka dan kepada tuhanku.
“Terimakasih..terimakasih”.
kataku sambil tersenyum dan mereka pun membalas senyumanku. Namun saat aku
ingin memeluk mereka, tiba-tiba mereka menghilang.
“Ahh, aku tak dapat menyentuhnya.
Tuhan,bantulah diriku untuk membuat mereka menjadi nyata”. Harapku.
***
Saat aku terbangun, entah kenapa
pipiku benar-benar basah. Tapi, aku bahagia dengan mimpiku kali ini. Tidak, ini
bukanlah mimpi. Jangan katakan jika ini hanya ilusi, imajinasiku atau bahkan
lelucon. Ini nyata!! Ini lah percakapan panjangku dengan anganku yang membuatku
menyadari akan satu hal. Ya, jangan takut bermimpi dan wujudkan untuk menjadi
nyata. Karena mimpimu adalah jalan kebahagianmu.
Pesan :
Untuk tuhanku, you are my biggest love.
Untuk mereka, you are my everything.
Untuk anganku, you are my best.
Untukmu, you are my last one forever.
With the rain,
AED : )