Sabtu, 21 Juli 2012

20:17:55

Diposting oleh Auliya Elsa di 07.52

“hey, berhentilah sebentar. Aku ingin bersamanya lebih lama lagi sebelum aku tak dapat melihatnya lagi” kata seorang wanita.
“Maaf, aku tidak bisa. Sekalipun kau memaksa dan menangis dihadapanku, aku tidak akan menghentikannya”jawab sang waktu.

Mendengar jawaban dari sang waktu, wanita itu hanya bisa pasrah dan menangis. Ia hanya ingin lebih lama bersama dengan seseorang yang begitu ia sayangi. Sebelum ia tidak bisa bertemu lagi dengan kekasihnya. Wanita itu ingin sekali mengadu kepada tuhan. Namun,semuanya memang tak mungkin karena sang waktu tak akan berhenti. Ia abadi.

***

Jika aku bisa bersamamu lebih lama lagi, aku tidak ingin melepaskan pelukanmu. Aku selalu menanti untuk bertemu denganmu. Sekalipun terlampau jauh jarak diantara kita. Entah sudah berapa kilometer jarak itu memisahkan antara aku dan dirimu. Aku selalu merasa menjadi wanita paling bahagia saat bersamamu. Waktu itu lah yang selalu aku tunggu.

Ahh, kau memang selalu membuatku merindu. Tapi rasa rinduku terlampau kalah oleh sang waktu yang tak pernah berjalan beriringan denganku. Tidak, bukan jarak yang memisahkan kita. Waktu lah yang sebenarnya menjadi musuh dalam selimut. Seandainya saat itu aku bisa menghentikan waktu, aku tak akan membiarkanmu pergi sedetikpun.

Aku sadar dan mengerti bahwa waktu pula yang mempertemukanku denganmu. Saat aku bertemu denganmu, tertawa denganmu dan menghabiskan waktuku bersamamu, aku sangat berterimakasih pada sang waktu. Aku bahkan merasa sang waktu merupakan anugerah tuhan yang terbaik. Namun, saat kau pergi, saat aku tak dapat bertemu denganmu lagi, aku merasa sang waktu begitu kejam. Ia tak pernah menunggu saat aku bersamamu. Ia terus dan terus berjalan bahkan mungkin berlari.

Aku masih mengingatnya, 20:17:55. Itulah awal dari cerita antara dirimu dan diriku. 20:17:55, waktu yang sekaligus menjadi jawaban atas pertanyaanku padamu selama ini. Entah sudah berpuluh-puluh jam aku bersamamu namun sekarang tidak ada artinya. Saat bertemu denganmu aku pun harus siap untuk berpisah lagi. Dan jarak yang menemani sang waktu semakin menjadi musuh terberatku untuk bersamamu.

Kau,tidakkah kau merasa aku selalu takut untuk melihatmu pergi menjauh. Aku pun selalu takut untuk melihat jam tanganku sendiri. Aku takut pada waktu ini. Taukah kau apa artinya ini?? saat aku melihat waktu ini pergi berlari aku pun harus siap melihatmu pergi. Dan itu satu hal yang ku benci. Aku benci pada sang waktu!!

Oh tuhan, kenapa aku harus menyalahkan sang waktu??? Kenapa aku begitu takut pada sang waktu?? Bukankah dia yang mempertemukanku dengannya. Tuhan, katakan padanya pertemukan aku kembali dengan seseorang yang ada disana.

Untukmu yang ada disana, aku selalu merasa saat bersamamu adalah waktu terbaikku. Satu hal pesanku padamu, jika kau berbicara dengan sang waktu berterimakasihlah. Karena dialah perantara pertemuanku denganmu dibalik rencana tuhan.

***

Dalam batinnya wanita itu berkata, “aku tidak akan lagi menyalahkanmu sang waktu. Karenamu aku dapat mengenal hatinya. Suatu saat nanti pertemukan aku kembali dengannya di waktu yang terindah”. Wanita itu pun seraya tersenyum. Sekilas ia melirik jam tangannya. “hmm, 20:17, aku masih mengingatnya, selamanya ini waktu terbaikku” batinnya.

untuk seseorang yang memberiku waktu terbaik, seseorang yang memperkenalkanku pada sang waktu, 20:17:55

With the rain,

AED : )

0 komentar:

Posting Komentar

 

more than words Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos