“hey, berhentilah sebentar. Aku
ingin bersamanya lebih lama lagi sebelum aku tak dapat melihatnya lagi” kata
seorang wanita.
“Maaf, aku tidak bisa. Sekalipun
kau memaksa dan menangis dihadapanku, aku tidak akan menghentikannya”jawab sang
waktu.
Mendengar jawaban dari sang
waktu, wanita itu hanya bisa pasrah dan menangis. Ia hanya ingin lebih lama
bersama dengan seseorang yang begitu ia sayangi. Sebelum ia tidak bisa bertemu
lagi dengan kekasihnya. Wanita itu ingin sekali mengadu kepada tuhan.
Namun,semuanya memang tak mungkin karena sang waktu tak akan berhenti. Ia
abadi.
***
Jika aku bisa bersamamu lebih
lama lagi, aku tidak ingin melepaskan pelukanmu. Aku selalu menanti untuk
bertemu denganmu. Sekalipun terlampau jauh jarak diantara kita. Entah sudah
berapa kilometer jarak itu memisahkan antara aku dan dirimu. Aku selalu merasa
menjadi wanita paling bahagia saat bersamamu. Waktu itu lah yang selalu aku
tunggu.
Ahh, kau memang selalu membuatku
merindu. Tapi rasa rinduku terlampau kalah oleh sang waktu yang tak pernah
berjalan beriringan denganku. Tidak, bukan jarak yang memisahkan kita. Waktu
lah yang sebenarnya menjadi musuh dalam selimut. Seandainya saat itu aku bisa
menghentikan waktu, aku tak akan membiarkanmu pergi sedetikpun.
Aku sadar dan mengerti bahwa
waktu pula yang mempertemukanku denganmu. Saat aku bertemu denganmu, tertawa
denganmu dan menghabiskan waktuku bersamamu, aku sangat berterimakasih pada
sang waktu. Aku bahkan merasa sang waktu merupakan anugerah tuhan yang terbaik.
Namun, saat kau pergi, saat aku tak dapat bertemu denganmu lagi, aku merasa
sang waktu begitu kejam. Ia tak pernah menunggu saat aku bersamamu. Ia terus
dan terus berjalan bahkan mungkin berlari.
Aku masih mengingatnya, 20:17:55.
Itulah awal dari cerita antara dirimu dan diriku. 20:17:55, waktu yang
sekaligus menjadi jawaban atas pertanyaanku padamu selama ini. Entah sudah
berpuluh-puluh jam aku bersamamu namun sekarang tidak ada artinya. Saat bertemu
denganmu aku pun harus siap untuk berpisah lagi. Dan jarak yang menemani sang
waktu semakin menjadi musuh terberatku untuk bersamamu.
Kau,tidakkah kau merasa aku selalu
takut untuk melihatmu pergi menjauh. Aku pun selalu takut untuk melihat jam
tanganku sendiri. Aku takut pada waktu ini. Taukah kau apa artinya ini?? saat aku melihat waktu ini pergi berlari aku pun harus siap melihatmu pergi. Dan itu satu hal yang ku benci. Aku benci pada sang waktu!!
Oh tuhan, kenapa aku harus
menyalahkan sang waktu??? Kenapa aku begitu takut pada sang waktu?? Bukankah dia
yang mempertemukanku dengannya. Tuhan, katakan padanya pertemukan aku kembali
dengan seseorang yang ada disana.
Untukmu yang ada disana, aku
selalu merasa saat bersamamu adalah waktu terbaikku. Satu hal pesanku padamu,
jika kau berbicara dengan sang waktu berterimakasihlah. Karena dialah perantara
pertemuanku denganmu dibalik rencana tuhan.
***
Dalam batinnya wanita itu
berkata, “aku tidak akan lagi menyalahkanmu sang waktu. Karenamu aku dapat mengenal hatinya. Suatu saat nanti pertemukan aku kembali dengannya di
waktu yang terindah”. Wanita itu pun seraya tersenyum. Sekilas ia melirik jam
tangannya. “hmm, 20:17, aku masih mengingatnya, selamanya ini waktu terbaikku”
batinnya.
untuk seseorang yang memberiku waktu terbaik, seseorang yang memperkenalkanku pada sang waktu, 20:17:55
With the rain,
AED : )
0 komentar:
Posting Komentar