Minggu, 22 Juli 2012

Tangisanku tak sesederhana itu

Diposting oleh Auliya Elsa di 08.52

“wajahnya sendu, matanya sembab dan air matanya tak henti-hentinya keluar. Kasian sekali dia” kata sang malaikat putih.

“hahaha, dia wanita yang rapuh. Dia bodoh.” Kata sang malaikat merah.

“kau tidak boleh berkata seperti itu. Itu bukanlah air mata biasa”balas malaikat putih.

“tangisannya tidak akan ada artinya” kata malaikat merah seraya pergi.

Tatapan matanya kosong, nanar. Dia terlihat seperti wanita tolol yang sudah tidak berarti lagi. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Entah sudah beberapa kali ia mengusap air matanya dengan bajunya. Tangannya sembari memegang hanphone yang juga sudah basah dengan air mata. Mungkin benar yang dikatakan oleh malaikat merah, wanita itu rapuh.

“tidak bisakah kau menungguku lebih lama lagi?? Kenapa berakhir seperti ini” katanya dengan suara serak.

Ya, dia memang tidak dapat menerima kenyataan. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Dia begitu melankolis. Ketika ada sesuatu yang menyentuh hatinya, air matanya selalu keluar. Dia bukan cengeng, namun hatinya halus dan mudah tersentuh.

Ahh,aku seperti melihat diriku sendiri, batinku. Lalu aku pun beranjak pergi.

***

Aku mengerti apa yang sedang dirasakan wanita itu. Rasanya lebih dari tertusuk benda tajam, begitu menyayat hati. Aku pun tidak dapat mendeskripsikannya, terlalu sakit. Tuhan memang adil. Ia selalu menciptakan segala sesuatu berpasangan. Ya, tangis dan tawa. Tapi, aku seringkali merasakan tangis daripada tertawa. Terdengar menyedihkan sekali, jika kau tertawa namun dalam hati menangis.

Hey, kau tak perlu mengasihaniku. Kau mungkin menganggapku bodoh dan tolol namun kau tidak pernah mengerti arti tangisanku. Aku hanya butuh tanganmu untuk menyeka setiap tetes air mataku. Taukah kau, saat aku bersamamu aku juga ingin menangis. Aku menangis karena bahagia. Dan saat aku tahu kau telah beranjak pergi, tangisku semakin pecah.

Aku tidak ingin menangis. Kau harus tahu itu!!. Tapi, aku tidak bisa menahan air mataku. Seolah-olah ia memaksa keluar. Apa kau tidak merasa ia keluar bukan karena tanpa alasan. Air mata yang jatuh membasahi pipiku ini bukan tanpa kata. Saat aku mengenalmu lalu bersamamu, air mata ini juga untukmu. Tidak hanya hatiku yang milikmu. Saat aku bersamamu, air mata ini tersenyum bahagia. Ia juga ingin keluar untuk melihatmu bahagia. Sekarang saat kau pergi, ia seolah-seolah berteriak untuk menahanmu.

Air mata ini tidak keluar begitu saja, aku tidak dapat membendungnya. Air mata ini keluar agar kau melihat betapa ia sangat membutuhkanmu. Untuk menyentuhnya kala aku menangis karenamu. Kau, secara tidak langsung kau telah membuat air mata ini jatuh cinta padamu. Tidak, memang bukan hatiku saja yang memilihmu. Tetapi, air mata ini juga untukmu.

Oh tidak, kau mungkin tidak akan mempercayainya. Ini bukan sekedar bualan ataupun omong kosong. Aku juga tidak ingin terlihat bodoh didepanmu. Wajah seperti benang kusut yang tampak menyedihkan. Terkadang aku berpikir, air mata ini terlalu mahal untukmu. Tetapi, ternyata tak seperti dugaanku.

Tuhan, untuk kesekian kali haruskah aku memintamu untuk menghapus air mata ini?? Apakah aku hanya tertawa saja tanpa bisa menangis?? Tidak tuhan, jangan kau hapus air mata ini. Biarkanlah dia tetap bersamaku sekalipun terkadang aku membencinya. Jika air mata ini memang miliknya, kelak biarkan dia yang menyekanya.

Ya, sekarang aku mengerti bahwa air mata ini bukan tanpa arti. Inilah gambaran perasaanku padamu. Percayalah, tangisanku tak sesederhana itu...

Ditulis oleh seorang wanita yang begitu cengeng karena seorang lelaki

With the rain,

AED : )

0 komentar:

Posting Komentar

 

more than words Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos