Selasa, 28 Agustus 2012

Seandainya...

Diposting oleh Auliya Elsa di 07.03

Seandainya dulu aku tak bertemu denganmu
Seandainya aku tak jatuh hati padamu
Seandainya sejak dulu kau nyatakan padaku
Seandainya kau tak memberiku kesempatan untuk memilikimu
Seandainya kita tak terpisahkan oleh jarak
Seandainya kita tak berpisah

Ya tuhan, aku hanya bisa berandai-andai. Apa aku ini hidup dalam sebuah angan-angan??. Ya, saat ini aku hanya bisa berkata seandainya dan seandainya. Sekarang aku menjadi benci mendengar kata “seandainya”, kata yang membodohiku. Kata yang membuatku mengingat kembali ke masa lalu. Namun sekarang otakku masih dipenuhi oleh kata “seandainya”. Sepertinya kata itu membuatku semakin muak. Bagaimana tidak, kata itu seperti sebuah racun. Kata “seandainya” membuatku berlagak seperti orang tak berdaya. Aku hanya bisa menyesali masa lalu. Padahal seringkali aku berkata padamu bahwa penyesalan selalu datang terakhir. Dan itu pula yang aku rasakan sekarang. Sepertinya kita tidak perlu mencamkan lagi kata “seandainya”. Karena hal itu hanya bisa membuat kita melihat masa lalu.

Terlepas dari kata “seandainya” sesungguhnya aku memang tidak benar-benar menyesali apa yang telah terjadi. Keyakinanku bahwa semua yang terjadi adalah rencana tuhan sedikit membawa angin segar bagiku. Setidaknya memberiku sedikit ruang untuk bernafas lega. Namun, ada satu pertanyaanku padamu. Apakah kau menyesal pernah bersamaku?. Aku tak ingin mendengar jawabanmu jika kau berkata “iya”. Kau tak berbeda dengan kata “seandainya” yang membuatku larut dalam perasaan yang tak menentu.

Aku sadar akan satu hal setelah apa yang terjadi antara aku dan dirimu. Manusia memang hanya bisa berharap tapi tuhan yang berkehendak. Ya, lagi-lagi aku membawa nama tuhan diantara cerita kita. Padahal apa yang telah aku lakukan adalah pilihanku. Lalu, bagaimana aku harus menyikapinya??. Apa aku harus kembali mengulang perkataanku “seandainya saja..”. Sekarang memang sudah terlambat jika aku menyesalinya. Semuanya akan terasa percuma. Hati ini sudah terlanjur sakit. Luka sudah tergores jelas bahkan belum sepenuhnya hilang. Air mata pun tak hentinya keluar. Pikiranku, perasaanku, rinduku semua tercurahkan kepadamu.

Kini aku akan mencoba memperbaikinya. Meskipun aku harus merangkak terlebih dahulu karena tak sanggup kuberdiri tegap. Aku akan menghapus kata “seandainya” dalam otakku. Kata yang menjeratku bersama kenanganmu. Ceritaku bersamamu, cerita kita akan selalu ada dan tak akan mungkin terhapus. Waktu yang berlalu memang tak akan mungkin kembali, tetapi yang telah terjadi kemarin dapat terulang dihari esok. Dan aku harap cerita indah kita akan terulang suatu saat nanti dimasa depan. Sehingga tak akan ada lagi kata “seandainya” didalam cerita kita.

Untuk seseorang yang selalu menghuni pikiranku.

With the rain,
AED : )

0 komentar:

Posting Komentar

 

more than words Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos