Kamis, 30 Agustus 2012

Yang Tertinggal

Diposting oleh Auliya Elsa di 00.39

Hari ini adalah malam terakhirku disini, dikota ini. Saat esok pagi menjelang akan kulangkahkan kaki meninggalkan kota yang penuh kenangan ini. Meninggalkan sebuah kotak kenangan yang masih kusimpan rapat disini. Dan akan kubuka kembali saat aku kembali pulang. Sengaja kotak itu aku tinggalkan disini karena memang disinilah tempatnya berada. Aku tak membawanya ke perantauan, hal itu hanya akan membuatku lemah. Terlebih lagi kenangan tentang dirimu yang memenuhi kotak kenanganku.

Sesekali aku menghela nafas karena sedari tadi aku sibuk dengan barang-barangku. Satu persatu baju, sepatu dan tas sudah memenuhi koperku. Ya ampun, betapa beratnya, batinku. Tapi ini tidak seberapa jika dibandingkan beban yang ada dipundakku. Oh tidak, aku tidak boleh mengatakan ini beban. Karena ini adalah sebuah kewajiban seorang anak untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Aku akan menghabiskan waktu berbulan-bulanku disana. Kehidupanku akan kembali normal seperti sebelumnya. Aku harap semuanya akan baik-baik saja.

Semua barang-barangku sudah tertata rapi dan esok pagi aku sudah siap untuk pergi. Sudah menjadi ritualku jika sebelum bepergian jauh aku tak lupa membawa beberapa obat. Aku mengecek barang yang ada didalam tas kecilku karena takut jika ada yang tertinggal. Dan ternyata benar aku lupa memasukkan dompet. Sesaat kubuka dompetku untuk memastikan uang yang akan kubawa untuk diperjalanan nanti. Sekilas aku melihat wajahmu didalam dompetku. Ya, aku masih menyimpan fotomu. Aku tak akan membuangnya karena hanya dengan foto itu aku bisa mengingat wajahmu. Ternyata aku tak benar-benar meninggalkan kenanganku disini. Karena aku menyadari aku masih membawamu kedalam pikiranku.

Ya tuhan, untuk kesekian kalinya aku kembali disini tanpa senyuman nyata darinya. Kali ini aku pun juga harus merasakannya lagi. Entah kapan kita akan berbagi senyuman seperti dulu. Aku masih menunggu saat-saat seperti itu. Sudah kuhabiskan waktu 2 bulanku disini namun aku tak sempat bertemu denganmu. Disini aku hanya bisa menyentuh kenanganmu yang tersimpan rapi. Jangan kau pikir aku telah melupakanmu karena aku masih menginginkan pelukan selamat tinggal darimu, seperti dulu. Aku ingin mengulang kejadian setaun yang lalu. Saat aku berada dalam dekapanmu dan menangis sejadi-jadinya. Kau pun memelukku dan menyeka air mataku. Aku hanya terdiam, pelan kau menyentuh daguku untuk melihat wajahku. Kau pun berkata semuanya akan baik-baik saja dan perpisahan kita hanyalah “sementara”. Ya, kita pernah menyebutnya “perpisahan sementara”. Lalu apakah ini artinya “perpisahan sementara” kita?.

Aku juga masih mengingat saat terakhir kali aku melihatmu. Malam itu begitu manis namun pedih. Aku diam terpaku tak bergerak didepan pintu rumahku. Aku masih menangis ketika perlahan kau pergi. Saat itu kau berkata “met ketemu di Januari ya”. Kau tersenyum sambil melambaikan tangan. Aku masih saja terdiam tak bergerak. Lalu aku benar-benar melihat punggungmu pergi menjauh. Taukah kau dimalam itu aku seraya berkata pada diriku sendiri. Bagaimana jika ini adalah terakhir kalinya aku melihatmu?. Bagaimana jika esok aku tak bisa melihatmu lagi?. Tangisku benar-benar pecah. Sekarang apa yang aku takutkan saat itu benar-benar terjadi. Kau, benar-benar pergi menjauh.

Mungkin tak akan ada habisnya jika aku menuliskan setiap detail tentangmu dalam ceritaku. Kau adalah narasiku yang terputus. Kini aku harus menyadari bahwa aku harus kembali tanpa senyuman hangatmu dan pelukan selamat tinggalmu. Tapi harus kau tahu tetesan air mataku masih untukmu dan rinduku ini. Jangan kau menyebutnya sebagai rindu yang terlarang walaupun aku tak berarti lagi dimatamu. Ini adalah hakku dan perasaan serta rinduku padamu biarkan aku yang menikmatinya sendiri. Akhirnya sebelum pergi aku harus berkata, selamat tinggal kotaku, selamat tinggal kenanganku. Aku selalu merindukanmu bersama hangat peluknya.

Dan diantara barang-barang yang memenuhi koperku ini, aku masih menyelipkan doa untukmu. Aku harap esok hariku akan kujelang hanya bersamamu. 

Untukmu pemilik rinduku, dari seorang wanita yang seringkali menangis didalam bis hanya karena teringat padamu.

With the rain,
AED : )

0 komentar:

Posting Komentar

 

more than words Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos